Well, kembali lagi bersama si empu yang
baiknya tiada tara, yang bakal menghibur kalian-kalian dengan postingan yang super
dahsyat bermanfaat aneh tentunya.
Kemarin nih, si empu baru aja ngadain
traveling lo, empu ulangin lagi, tra-ve-ling.
Kemanakah? Di Kartasura! *siempudiarakpembaca* wehehe, sebenernya sih
bukan traveling namanya tapi biar agak keren dikit gitu, makanya si empu pake
kata kece, traveling. Lalu ada gerangan apa si empu ke Kartasura? Yaap, jadi
aku ke Kartasura tentunya untuk numpang makan berkunjung ke rumah
sohibku dulu, this name is Farkhan Bagaskara, kece gak namanya? Ada yang tau
artinya? Oke, daripada lama-lama membuka kamus nama keren *emang ada?* langsung
ajalah aku artikan makna nama sohibku itu, gini nih Farkhan itu dari kata
bahasa Arab, yang kalau diterjemahkan artinya bahagia *wedeeh* dan Bagaskara
itu dari kata bahasa ... bahasa... bahasa... *tebak sendiri yaa :D* (padal sang
empu juga gak tau :p) artinya tuh matahari. Jadi kalau digabungin secara
tersirat artinya Kebahagiaan Matahari. Wih, kece gak tuh artinya. Tapi beneran
lo guys, si Farkhan itu orangnya ramah banget, wajahnya juga ber-aura kasih gitu,
bersinar dan selalu tersenyum. Pantes aja yaa…
Balik lagi ke traveling si empu, untuk
menempuh ke rumah Farkhan di Kartasura, tentunya aku tak sendirian, selalu ada pasangan
teman yang menemani, namanya Riki kantona. Walaupun namanya kayak pemain
sepakbola, tapi tenang aja dia bukan pemain sepakbola kok, dia adalah sohibku
sejak dari SD hingga sekarang lo guys. Si doyan makan ini nih kuliahnya juga
sama kayak si empu, di UNS. Sedang si Farkhan ini di UMS. Walaupun jarak
persahabatan kita terbentang jauh oleh luasnya daratan, kita tetap memegang
yang namanya ikatan ukhuwah kok :’) #RefadaEdisiAlim.
So, setelah menjemput si Riki dari Solo
Baru, langsung aja kami cus ke Kartasura. Setelah melewati medan yang berat,
tibalah traveling kami ke tempat impian Farkhan berada. Tentu saja kami
tak disambut begitu saja bak layaknya raja, kami harus melalui medan yang berat
lagi, yaitu menggedor pintu gerbang istana rumahnya Farkhan. Setelah
menunggu 15 menitan, akhirnya yang dirindu eh ditunggu datang juga, dengan
sigap Farkhan membuka pintu gerbang rumah dan mempersilahkan kami masuk.
Dan tentu saja kami menyimpan banyak sekali
cerita yang ingin kita ceritakan karena untuk info saja guys, si empu jarang
sekali bertemu Farkhan, sehingga setelah dipersilahkan duduk dan makan
gratis, disinilah cerita dimulai, tentang nostalgia yang jarang dijamah,
masa putih biru, SMP.
Jadi, dulu pas masa SMP, aku, Riki, Farkhan
dan juga teman kami yang sekarang di Jogja, Latief Adam Busyairi memiliki
sebuah kisah klasik yang tidak bakal terlupakan seumur hidup. Tentang
Persahabatan. Tentang kepercayaan. Tentang rasa berbagi. Dan tentang cinta.
Kami berempat sangat akrab sekali dizaman orde putih biru dulu, walau kelas
kami berbeda dan terpisah oleh luasnya samudera, tak akan bisa merobohkan
kuatnya persahabatan kami. Well, kami selalu bersama tiap pulang sekolah, mulai
beli jajan diluar sekolah kayak crepes sama bakso, nunggu bis bareng-bareng
(walaupun aku dulu yang gak nunggu, karena si empu rumahnya deket dari
sekolah), main bareng, belajar bareng, wisata kuliner ataupun sekadar bercerita
kejamnya kehidupan kita *gakdeng*. Yaah, walau masa itu hanya berlalu singkat.
Seperti hubungan mas itu sama mbak itu. Karena kisah kami hanyalah selama 1,5
tahun saja, sebab aku mulai akrab dengan mereka pas kelas 8 semester 2 tepatnya
pas acara study tour.
Walau sesingkat itu, yang namanya
persahabatan tak bisa diukur oleh waktu, baik itu singkat ataupun lama, karena
kami membuktikannya sekarang, walau kami berbeda kuliah, berbeda tempat,
berbeda jurusan kami tetap berkomunikasi hingga sekarang, saling menguatkan ikatan
persahabatan kami meski kami juga pernah bertengkar karena masalah sepele.
Karena yang namanya lika-liku persahabatan, tak akan bisa kuat tanpa adanya
bumbu konflik didalamnya, karena tak selamanya sebuah jalan akan lurus begitu
saja, ada saja yang menghalangi jalan tersebut, sehingga dibutuhkan rasa
kepercayaan dan keyakinan yang tinggi untuk mencapai jalan yang kita inginkan
dengan berani menghadapi halangan tersebut.
Ingatan kami tentang masa itu, meskipun
sudah berwujud kenangan, namun sudah membuat kita menjadi rindu. Rindu akan
masa lalu. Masa dimana sebuah persahabatan terbentuk. Masa dimana kami akan
menginjak ke masa pencarian jati diri. Masa dimana kami bersama. Masa dimana
kami terkadang bertengkar karena masalah sepele. Masa dimana kita tertawa. Dan
masa dimana kita berbagi cerita. Terlihat berlebihankah? Ya, mungkin sekilas
ketika kalian akan membaca ini akan mengatakan “alay, terlalu berlebihan, apaan ih postingan ini, dll” namun
ketahuilah, setiap momen yang kamu lewati, suatu saat akan muncul ketika kamu
mengingatnya, dan ada momen yang bakal kamu rindukan. Entah itu momen
persahabatan. Momen cinta. Ataupun yang lain. Karena setiap kisah akan menjadi
suatu hal yang berharga ketika kalian tahu apa makna didalamnya.
Kepada masa itu, aku sungguh merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar