Selasa, 27 Januari 2015

Nostalgia Sebentar Yuuuk (NSY)

Well, kembali lagi bersama si empu yang baiknya tiada tara, yang bakal menghibur kalian-kalian dengan postingan yang super dahsyat bermanfaat  aneh tentunya.
Kemarin nih, si empu baru aja ngadain traveling lo, empu ulangin lagi, tra-ve-ling.  Kemanakah? Di Kartasura! *siempudiarakpembaca* wehehe, sebenernya sih bukan traveling namanya tapi biar agak keren dikit gitu, makanya si empu pake kata kece, traveling. Lalu ada gerangan apa si empu ke Kartasura? Yaap, jadi aku ke Kartasura tentunya untuk numpang makan berkunjung ke rumah sohibku dulu, this name is Farkhan Bagaskara, kece gak namanya? Ada yang tau artinya? Oke, daripada lama-lama membuka kamus nama keren *emang ada?* langsung ajalah aku artikan makna nama sohibku itu, gini nih Farkhan itu dari kata bahasa Arab, yang kalau diterjemahkan artinya bahagia *wedeeh* dan Bagaskara itu dari kata bahasa ... bahasa... bahasa... *tebak sendiri yaa :D* (padal sang empu juga gak tau :p) artinya tuh matahari. Jadi kalau digabungin secara tersirat artinya Kebahagiaan Matahari. Wih, kece gak tuh artinya. Tapi beneran lo guys, si Farkhan itu orangnya ramah banget, wajahnya juga ber-aura kasih gitu, bersinar dan selalu tersenyum. Pantes aja yaa…
Balik lagi ke traveling si empu, untuk menempuh ke rumah Farkhan di Kartasura, tentunya aku tak sendirian, selalu ada pasangan teman yang menemani, namanya Riki kantona. Walaupun namanya kayak pemain sepakbola, tapi tenang aja dia bukan pemain sepakbola kok, dia adalah sohibku sejak dari SD hingga sekarang lo guys. Si doyan makan ini nih kuliahnya juga sama kayak si empu, di UNS. Sedang si Farkhan ini di UMS. Walaupun jarak persahabatan kita terbentang jauh oleh luasnya daratan, kita tetap memegang yang namanya ikatan ukhuwah kok :’) #RefadaEdisiAlim.
So, setelah menjemput si Riki dari Solo Baru, langsung aja kami cus ke Kartasura. Setelah melewati medan yang berat, tibalah traveling kami ke tempat impian Farkhan berada. Tentu saja kami tak disambut begitu saja bak layaknya raja, kami harus melalui medan yang berat lagi, yaitu menggedor pintu gerbang istana rumahnya Farkhan. Setelah menunggu 15 menitan, akhirnya yang dirindu eh ditunggu datang juga, dengan sigap Farkhan membuka pintu gerbang rumah dan mempersilahkan kami masuk.
Dan tentu saja kami menyimpan banyak sekali cerita yang ingin kita ceritakan karena untuk info saja guys, si empu jarang sekali bertemu Farkhan, sehingga setelah dipersilahkan duduk dan makan gratis, disinilah cerita dimulai, tentang nostalgia yang jarang dijamah, masa putih biru, SMP.
Jadi, dulu pas masa SMP, aku, Riki, Farkhan dan juga teman kami yang sekarang di Jogja, Latief Adam Busyairi memiliki sebuah kisah klasik yang tidak bakal terlupakan seumur hidup. Tentang Persahabatan. Tentang kepercayaan. Tentang rasa berbagi. Dan tentang cinta. Kami berempat sangat akrab sekali dizaman orde putih biru dulu, walau kelas kami berbeda dan terpisah oleh luasnya samudera, tak akan bisa merobohkan kuatnya persahabatan kami. Well, kami selalu bersama tiap pulang sekolah, mulai beli jajan diluar sekolah kayak crepes sama bakso, nunggu bis bareng-bareng (walaupun aku dulu yang gak nunggu, karena si empu rumahnya deket dari sekolah), main bareng, belajar bareng, wisata kuliner ataupun sekadar bercerita kejamnya kehidupan kita *gakdeng*. Yaah, walau masa itu hanya berlalu singkat. Seperti hubungan mas itu sama mbak itu. Karena kisah kami hanyalah selama 1,5 tahun saja, sebab aku mulai akrab dengan mereka pas kelas 8 semester 2 tepatnya pas acara study tour.
Walau sesingkat itu, yang namanya persahabatan tak bisa diukur oleh waktu, baik itu singkat ataupun lama, karena kami membuktikannya sekarang, walau kami berbeda kuliah, berbeda tempat, berbeda jurusan kami tetap berkomunikasi hingga sekarang, saling menguatkan ikatan persahabatan kami meski kami juga pernah bertengkar karena masalah sepele. Karena yang namanya lika-liku persahabatan, tak akan bisa kuat tanpa adanya bumbu konflik didalamnya, karena tak selamanya sebuah jalan akan lurus begitu saja, ada saja yang menghalangi jalan tersebut, sehingga dibutuhkan rasa kepercayaan dan keyakinan yang tinggi untuk mencapai jalan yang kita inginkan dengan berani menghadapi halangan tersebut.
Ingatan kami tentang masa itu, meskipun sudah berwujud kenangan, namun sudah membuat kita menjadi rindu. Rindu akan masa lalu. Masa dimana sebuah persahabatan terbentuk. Masa dimana kami akan menginjak ke masa pencarian jati diri. Masa dimana kami bersama. Masa dimana kami terkadang bertengkar karena masalah sepele. Masa dimana kita tertawa. Dan masa dimana kita berbagi cerita. Terlihat berlebihankah? Ya, mungkin sekilas ketika kalian akan membaca ini akan mengatakan “alay, terlalu berlebihan, apaan ih postingan ini, dll” namun ketahuilah, setiap momen yang kamu lewati, suatu saat akan muncul ketika kamu mengingatnya, dan ada momen yang bakal kamu rindukan. Entah itu momen persahabatan. Momen cinta. Ataupun yang lain. Karena setiap kisah akan menjadi suatu hal yang berharga ketika kalian tahu apa makna didalamnya.

Kepada masa itu, aku sungguh merindukanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar