Tidak terasa waktu sudah berlalu lama sekali, pertemuan kita
hanyalah dipertemukan oleh suatu acara ataupun undangan kawan.
Itupun hanyalah pertemuan secara kilas balik, tanpa tahu
siapa yang harus mengakhirinya terlebih dahulu.
Ketika dalam diri ini ingin beranjak mengakhiri, namun
sesuatu yang kau buat dimasa lalu selalu menghalangi.
Aku diam tanpa kata. Kaupun juga. Tak ada satupun dari kita
mengangkat mulut hanya sekadar berkata: “Hei.”
Aku memang bukan apa-apa bagimu. Aku memang hanyalah
serpihan masa lalumu yang memuakkan bagimu. Hanyalah sekadar peneman disaat
kamu terjebak. Terjebak dalam situasi yang sulit.
Kau memang berbuat sesuatu yang terkadar diluar nalar.
Kau terkadang memang kekanakan yang haus akan perhatian.
Kau selalu memegang egomu yang sulit untuk dipatahkan.
Aku hanya bisa mengingatkan apa yang kau perbuat. Aku hanya
bisa terdiam disaat amarahmu memuncak. Dan aku hanya bisa mendo’akan dan
mengulurkan tangan ketika kau terjatuh.
Seberapa kali aku pernah menghiraukanku. Seberapa kali aku
pernah jengkel kepadamu. Dan sekalipun aku pernah kau ejek, seakan engkau tak
tahu bahwa diri ini begitu terluka.
Sisi hati memang tidak pernah bisa berbohong, rasanya memang
menyakitkan. Namun karena aku tahu itu kau, aku berusaha menahan. Menahan untuk
tidak benci kepada bayang dirimu.
Karena kau telah mengubah sedikit masa remajaku. Masa jati
diriku telah tahu siapa tuan yang telah mencarinya. Dan engkau memberiku
sedikit pelajaran berharga. Yang mungkin itu adalah salah satu hadiah yang
terbaik.
Maafkan apabila aku telah mencoba mematahkan salah satu yang
kau inginkan.
Namun, sebesar apapun kau tetap membenci ataupun
menghiraukanku. Aku tetap menganggapmu sebagai satu dari kisah masa remajaku.
Masa remajaku yang penuh inspirasi.
Diam-diam aku memperhatikanmu.
Diam-diam aku menunggu engkau bicara.
Diam-diam aku selalu menatap layar handphone untuk menunggu
kabar darimu.
Dan diam-diam aku merasa aku tidak bisa melupakanmu.
Meski hanyalah sebatas engkau mau menunjukan diri dihadapanku.
Itu terasa bahagia meski engkau tak menyadari bahwa aku
menunggumu.
Menunggu untuk tertawa bersama menikmati masa lalu kita yang
dulu.
Kepada dia yang disana, aku begitu menunggu. Meski aku tak
tahu kapan waktu akan mempertemukan kita kembali.
Note: Ini saya buat karena terinspirasi mendengar cerita
seorang kawan saya yang begitu tegar, be strong, my friend!